Monday, October 30, 2006

AMBIL PIYAMA DULU

Seorang profesor diundang ke suatu pesta makan malam yang diadakan oleh keluarga sahabatnya. Pesta itu berlangsung meriah sekali. Di tengah-tengah pesta tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Sampai latrut malam hujan tidak juga reda. Tamu-tamu yang lain sudah pada pulang. Si profesor tidak bisa pulang karena rumahnya jauh dan tidak membawa kendaraan sendiri. Akhirnya keluarga yang mengadakan pesta itu menawari sang profesor. “Tidur di sini saja malam ini, Prof. Nanti kami siapkan kamarnya. Tampaknya hujan masih lama redanya.” “Baiklah kalau begitu,” jawab sang Profesor, “tapi saya ambil piyama dulu di rumah, ya!” Sang profesor pun ngloyor ke luar menembus derasnya hujan.

SOEHARTO, BILL CLINTON, DAN DENG XIOPING

Alkisah Soeharto, Bill Clinton, dan Deng Xioping yang merupakan tiga pemimpn besar di dunia dipanggil oleh Tuhan. Oleh Tuhan mereka diberikan dua buah kabar yang harus disampaikan kepada rakyat mereka masing-masing di dunia. Kabar pertama merupakan kabar baik karena oleh Tuhan mereka diakui sebagai pemimpin yang hebat di dunia; sedangkan kabar kedua merupakan kabar buruk karena dalam tiga hari lagi dunia akan dikiamatkan oleh Tuhan. Mereka pun kembali ke negara masing-masing.
Di depan rakyatnya Bill Clinton menyampaikan kedua berita tersebut begini: “Ada dua berita untuk Anda semua, yaitu berita baik dan berita buruk. Berita baiknya adalah Tuhan telah mengakui kehebatan saya sebagai Presiden AS, sedangkan berita buruknya adalah bahwa dalam tiga hari dunia akan kiamat”.
Di Cina Deng Xioping mengabarkan kepada rakyatnya begini: “Ada dua kabar buruk dari Tuhan untuk Anda semua. Kabar buruk yang pertama adalah bahwa Tuhan itu ternyata benar-benar ada, dan kabar buruk kedua adalah bahwa dalam tiga hari lagi semua bisnis yang ada di dunia ini akan dimusnahkan oleh Tuhan”.
Di Indonesia Soeharto menyampaikan kabar tersebut kepada rakyatnya begini: “Ada dua kabar baik untuk Anda semua. Kabar baik yang pertama adalah bahwa Tuhan memang benar-benar ada, dan kabar baik kedua adalah bahwa dalam tiga hari lagi krisis moneter di negeri kita ini akan berakhir”.

SEBAB TIDAK JADINYA MERGER EMPAT BANK

Di tengah maraknya berita tentang akan di-merger-kannya (digabungkannya) bank-bank papan bawah agar perkasa, ada kabar (yang dapat dipercaya) mengenai pernyataan pemerintah yang tiba-tiba menolak niat menggabungkan empat bank tertentu. Periksa punya periksa akhirnya ketahuan bahwa nama dari keempat bank tersebut adalah: Bank Panin, Bank Tata, Bank Bukopin, dan Bank Hastin. Mengetahui itu Pak Dwi (panggilan akrab dari Pak Sudwikatmono, saudara sepupu Pak Harto) segera memvetonya dengan alasan nama gabungan bank tersebut tidak senonoh, sehingga akan menyinggung perasaan rakyat Indonesia. “Bagaaimana kita bisa tidur kalau hasil merger itu akan menjadi sebuah bank besar yang bernama “Bank Pantatbutin” protesnya.

KARENA NAMANYA AMIN

Amin Rais adalah orang baru dalam kancah perpolitikan nasional. Tapi ia tiba-tiba langsung jadi Ketua MPR. Hal ini sebenarnya bisa terjadi karena doa mahasiswa di Yogyakarta. Suatu hari beratus-ratus mahasiwa berdoa di sebuah lapangan di Yogyakarta. Mereka mendoakan agar reformasi benar-benar berjalan dengan baik dan agar keadaan negara ini menjadi semakin baik. Ketika salah satu dari mereka memimpin doa dengan begitu lantangnya, seluruh mahasiswa yang ada mengamini doa tersebut dengan mengucap “amin, amin, amin”. Malaikat yang bertugas mencatat peristiwa ini lapor pada Tuhan. “Tuhan, mahasiswa Indonesia pada menyebut nama Amin untuk memperbaiki negara mereka. Maka kemudian dicarilah nama Amin itu dalam komputer Tuhan, dan ditemukanlah nama Amin Rais. Maka Tuhan pun mengutus malaikat untuk mengangkat Amin Rais sebagai Ketua MPR.

TIDAK TAHU BARANG ENAK

Dalam perjalanan pulang ke Indonesia dari tugas masing-masing, seoran pastor dan seorang haji kebetulan duduk satu bangkudlama pesawatterbang. Ketika makan siang tiba pastor dan haji mendapatkan porsinya masing-masing. Pak haji tertarik dengan makanan pastor dan bertanya: “Pastor, daging apa yang berwarna merah itu?”
“Oh ini daging babi. Rasanya nikmat, deh”. Jawab pastur.
“Tapi dalam agama saya daging babi diharamkan!” jawab Pak Haji.
”Anda sih nggak tahu barang enak!” jawab pastor.
Ketika pesawat telah mendarat, Pak Haji dijemput istrinya. Ia pun kemudian bertanya kepada pastor yang ternyata tidak dijemput oleh siapa-siapa.
“Pastor, kenapa istri Anda tidak menjemput?”
“Wah agama saya melarang seorang pastor punya istri”, jawab pastor.
“ Wah, dasar nggak tahu barang enak” sahut Pak Haji sambil menggandeng istrinya.

SOPIRNYA BUTA

Saat kampanye OPP (Organiasi Peserta Pemilu) massa pendukungnya datang berjubel memenuhi lapangan. Tak lama setelah mendengar orasi-orasi, tibalah saatnya yang paling diminati oleh kawula mudanya, yakni pawai keliling kota dengan mobil atau motor. Dalam waktu singkat truk itu penuh sesak. Namun pada saat mau berangkat, para penumpang yang berjubel itu tiba-tiba berebutan untuk turun dari truk. Panita pun kebingungan. Salah satu panitia berteriak: ”tenang-tenang. Kenapa kalian jadi berebutan turun?” Salah satu penumpang menjawab dengan keras: “Abis,, yang nyetir Gus Dur, sih!”.

GUS DUR MERASA PALING JAUH DARI TUHAN

Gus Dur dalam suatu wawancara mengajukan pertanyaan: “Umat mana yang merasa paling dekat dengan Tuhan?” Jawabnya: “Ya, umat Nasrani.” “Lho”! Jawab Gus Dur: “Buktinya, jika mereka berdoa selalu memulai dengan kata-kata: Bapak kami yang berada di surga….”. Kalau umat Hindu: memulai dengan kata “Om……”; sedangkan saya atau umat Islam kalau manggil Tuhan harus naik ke menara masjid.

BELUM LULUS DARI SEKOLAH ARAB

Seorang mahasiswa tiba-tiba berkata pada teman-temannya. ”Eh, ternyata Bu Mariyati lulusan Arab Saudi!” “Ah, masak?” sela temannya.
“Benar. Ceritanya, dia dulu sekolah di Arab Saudi, namun ketika sekolah belum selesai ia dipanggil pulang oleh orang tuanya untuk dikawinkan. Kalian kan tahu di Arab itu kalau membaca sistemnya kebalikan dengan sistem kita, yaitu dari kanan ke kiri. Nah, begitu juga cara belajar Bu Mariyati. Ketika ia belajar membaca abjad, mestinya kan dari A – Z. Tetapi ia belajarnya terbalik, yaitu dari Z-A. Nah, ketika dia hampir selesai, yaitu sampai huruf C, ia disuruh pulang. Karena itu ia tidak sempat belajar huruf B dan huruf A. Itulah sebabnya kalau ia memberi nilai pada kita selalu saja nilai C yang muncul.”
“Tapi pernah ada yang mendapat B sekali!”
“Nha, itu kan karena dia meniru dosen lain. Dia heran kok ada huruf seperti B. Maka ia ikut-ikutan memberi nilai B. Tapi itu kan hanya satu dua kali. Selebihnya hanya C dan D.”
“O, begitu?”jawab teman-temannya.

KISAH CANTRIK DAN TEMAN SANTRINYA

Di pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ada semacam komunikasi khusus yang dilakukan para santri dengan santri lainnya, terutama ketika ada tamu. Bila ada tamu, biasanya teman santri lainnya sering ngerjain penerima tamu dengan panggilan “Gus”.
Suatu ketika di rumah Gus Mus kedatangan tamu. Karena Pak Kiai belum datang, salah seorang santri menemui. Mereka pun ngobrol lama, dan ternyata tamu tersebut juga pernah menjadi seorang santri. Tiba-tiba seorang santri di dalam memanggil santri yang menemui tamu tersebut dengan sebutan “Gus.” Kalau tamunya adalah orang biasa, pastilah mereka akan mengira penerima tamu tersebut anak sang kiai. Namun karena tamunya bekas santri, maka mendengar sebutan Gus ia hanya mesem-mesem saja. Sang santri yang menemui tamunya pun hanya bilang pada temannya di dalam: “Mase wis ngerti, kok. Podo santrine.” Dan mereka pun tertawa.

TEPUK TANGAN


Semenjak Ibu Tien meninggal anak-anak Pak Harto semakin menunjukkan persaingan yang tidak sehat. Dan sering cekcok. Mereka bersaing untuk memperoleh simpati dari rakyat Indonesia.
Mbak Tutut punya cara sendiri, yaitu dengan menggratiskan mobil yang lewat jalan tol di Jakarta. Seluruh warga Jakarta yang bermobil pun kemudian bertepuk tangan sambil berteriak: Hidup Tutut”. Bambang tidak mau kalah. Ia membagikan mobil Bimantara-nya untuk semua orang di Kalimantan. Rakyat Kalimantan pun bertepuk tangan sambil berteriak “Hidup Bambang”. Tomi lebih gila lagi. Ia memnghadiahkan dua mobil Timor untuk masing-masing orang Bali. Seluruh Bali bertepuk tangan dan berteriak “Hidup Tommi”.
Hal lain berbeda dengan Mamiek. Ia punya cara berbeda untuk menunjukkan simpatinya pada rakyat Indonesia. Ia ajak ayahnya memancing dan sampai di tengah laut ayahnya yang sudah tua itu ia jorokin ke laut. Maka seluruh rakyat Indonesia bersorak: Hidup Mamiek”.